1.1.a.4.1. Forum Diskusi Modul 1.1 di Ruang Diskusi Virtual

 Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mampu memberikan perspektif reflektif kritis tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara dalam forum diskusi.


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Pada Pembelajaran kali ini, Anda akan berlatih membangun kerangka berpikir dan menyampaikan ide serta gagasan berdasarkan pemahaman dan internalisasi konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) dalam ruang diskusi virtual. 

Dalam forum diskusi virtual, Fasilitator memfasilitasi diskusi bagaimana Anda memahami pemikiran filosofis KHD untuk melatih Anda untuk lebih saksama memaknai dan menghayati pemikiran KHD dalam menuntun kekuatan kodrat anak dan bagaimana penerapannya pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda.

Memulai Eksplorasi Konsep melalui forum diskusi di ruang ‘virtual’, Anda diberikan pertanyaan reflektif terkait pemahaman Anda mengenai pemikiran filosofis KHD. Pertanyaan pemantik berikut dapat Anda renungkan sebelum sesi dimulai:

  1. Apa makna kata ‘menuntun’ dalam proses pendidikan anak bagi saya? 

Ki Hajar Dewantara (KHD) berpendapat bahwa Pendidikan memberi tuntunan (menuntun) terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam proses “menuntun”, walaupun anak diberi kebebasan untuk mengembangkan ide, kreativitas, bakat dan minat nya. namun pendidik sebagai penuntun dengan memberi arahan dan bimbingan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Sebagai seorang guru dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.


  1. Bagaimana kata “menuntun” saya maknai dalam konteks sosial budaya di daerah saya? Apa dapat saya lakukan untuk mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah saya?

Kata "menuntun" dalam konteks sosial budaya di daerah bisa dimaknai sebagai suatu usaha membawa seseorang kepada suatu hal yang baik di masyarakat, dengan berupa  memberi arahan, bombingan ataupun  pengajaran, yang dilakukan secara sungguh-sungguh hingga bisa membuahkan hasil sesuai dengan tujuan.

Hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah  adalah harus berusaha dalam mempengaruhi karakter pada masing-masing peserta didik. Dalam membentuk karakter peserta didik kita harus menunjukkan keteladanan, dan memberi contoh yang baik kepada peserta didik, dengan meningkatkan kredibilitas dan kedisiplinan saya sebagai guruHarapannya akan membentuk pribadi anak menjadi manusia yang paham mengenai budaya yang ada didaerahnya, menjadi pribadi yang  baik suka menolong dan membantu sesama, serta berguna bagi masyarakat sekitar, bangsa, dan juga negara.


  1. Mengapa pendidikan murid (anak) perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?

Tidak semua sumber belajar sesuai tantangan perkembangan zaman itu baik, jadi perlu diselaraskan antara alam dan zaman. Karena pada dasarnya pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.

Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Maksudnya setiap anak membawa sifat atau karakter masing-masing. Jadi guru tidak bisa menghapus sifat dasar tersebut. Yang bisa dilakukan adalah menunjukan, menuntun dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya, sehingga sifat-sifat jeleknya akan kabur dan tertutupi.

Kodrat zaman dapat diartikan sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya, agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri, dalam konteks pembelajaran sekarang, kita harus bekali siswa dengan kecakapan, budi pekerti yang harus menjadi bagian tak terpisahkan. Guru harus senantiasa memberikan teladan baik bagi siswanya.

Dalam pembelajaran di kelas, guru harus memperhatikan kodrat anak yang masih suka bermain, karena ketika anak-anak bermain pasti yang mereka rasakan kegembiraan. Semua itu membuat kesan membekas di hati dan pikirannya. Dengan demikian kita harus memasukan unsur permainan dalam pembelajaran, agar siswa senang dan tidak bosan. Apalagi dengan permainan tradisional, selain mendidik sekaligus bisa mengajak anak melestarikan kebudayaan.


  1. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba pada anak” dengan peran saya sebagai pendidik?

Pendidikan yang dicita-citakan Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hadjar Dewantara sampai saat ini sebenarnya belum sepenuhnya terlaksana karena beberapa faktor. misalnya persoalan administratif yang mengakibatkan pendidik terbelenggu dalam suatu sistem sehinggan pendidik tidak berperan sebagai sumber utama dalam pengetahuan. Padahal pendidikan yang memanusiakan dan memerdekakan adalah pendidikan yang berpihak dan berhamba pada anak didik dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi minat dan bakat yang dimiliki setiap anak. Pendidik seharusnya berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses pembelajaran dan meyalani kebutuhan anak didik dengan memenuhi hal yang bisa membuat anak didik tersebut berkembang secara optimal salah satunya adalah membuat suasana nyaman untuk belajar.

Pendidikan yang menghamba pada anak  menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk membangun anak menjadi pembelajar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan, suka dan senang membaca. 


Petunjuk Pelaksanaan Diskusi:

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, diskusi ruang virtual akan dipandu oleh Fasilitator dengan tahapan sebagai berikut:

  • Pembukaan (25’) 
    Fasilitator membuka Forum Diskusi dengan menegaskan tujuan pembelajaran ‘CGP mampu memberikan perspektif refleksi kritis tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara dalam forum diskusi’.
    Fasilitator menegaskan dalam Forum Diskusi, CGP saling membuka diri terhadap perbedaan dalam berpendapat, bertanya dan berbagi praktik baik untuk lebih kritis dan reflektif dalam memaknai dan menghayati pemikiran filosofis Ki Hajdar Dewantara.
    Refleksi Kritis CGP  (30’)
    Setiap CGP menyampaikan memberikan perspektif reflektif kritis tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara.
    Dialog: Diskusi & Tanya Jawab (20’)
    • CGP saling berdialog untuk mengkonfirmasi perspektif setiap CGP dalam memaknai dan menghayati pemikiran KHD dengan saling bertanya atau mengkonfirmasi perspektif rekan CGP lain
    • Fasilitator memandu dialog

  • Refleksi dan Umpan Balik (10’)
    • Fasilitator memberi umpan balik untuk memberi penguatan terhadap pemahaman CGP.
    • Refleksi pembelajaran dituliskan pada aplikasi yang disediakan oleh Instruktur (padlet).

https://jamboard.google.com/d/1l0NHTklagCEGJ3hJdLHj1g-gkF2yqRloJX1BLCn34BM/edit?usp=sharing

https://jamboard.google.com/d/1rI_7zrxnCFxnEmvjHlZ7VUez6SuUQ2NuEjaRQ4r0_9Y/edit?usp=sharing


  • Penutup (05’)
    Fasilitator menutup kegiatan pembelajaran Eksplorasi Konsep Forum Diskusi “ Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara”

Penutup

Dengan mengirimkan hasil tanggapan reflektif kritis baik berupa rekaman audio/video pendek, Anda telah menyelesaikan kegiatan eksplorasi konsep untuk modul 1.1. Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Selanjutnya, untuk lebih memperdalam pemahaman Anda terkait materi, Anda akan berlatih membangun kerangka berpikir dan menyampaikan ide serta gagasan berdasarkan pemahaman dan internalisasi konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) dalam ruang diskusi virtual.

0 comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *

Recent Post

Recent Posts Widget